Apa hubungan antara scarcity mentality (rasa berkekurangan) dan LOA?
Apa pengaruhnya dalam hal suksesnya proses manifestasi keinginan kita?
Sudah kita ketahui bahwa LoA adalah sebuah Law (hukum), jadi diyakini adalah suatu hal yang tidak terbantahkan lagi dan akan bekerja terus menerus disadari ataupun tidak. LoA memiliki prinsip kerja sebagai berikut : LIKE ATTRACT LIKE. Dan hukum ini adalah ciptaan Tuhan, boleh saja dinamai apa saja, Law of attraction (LoA), hanya salah satu cara memberi nama.
Untuk menarik suatu hal yang diinginkan, maka kita harus berada dalam kondisi (pikiran emosi) sepertinya hal yang diinginkan itu sudah dimiliki.
Contohnya adalah demikian, jika Anda menginginkan punya mobil, rumah, istri yang baik, suami yang baik, dll, sebenarnya kondisi (pikiran emosi) apa yang Anda kejar? Tentu saja jawabannya adalah supaya kita happy, bahagia, senang, dan lain-lain. Betul demikian?
Nah, jadi sesuai hukum Like Attract Like, maka pada saat kita berdoa pada Tuhan, memohon padaNya, visualisasi dan seterusnya, maka kita harus berada dalam kondisi yang juga happy, bahagia, senang, dll itu. Karena untuk menarik happy kita juga harus happy. Inilah penyebab kenapa doa banyak yang tidak terkabul. Karena jika saat kita berdoa ternyata kita emosinya sedih, tidak percaya dan sebagainya, maka hukum LoA akan berjalan dan kita akan menarik segala sesuatu yang akan membuat kita makin sedih dan makin tidak percaya. Jadi berdoa, berafirmasi, bervisualisasi saja tidak cukup. Harus diperhatikan kondisi (pikiran dan emosi) saat kita berdoa, berafirmasi atau bervisualisasi.
Mari kita pertajam hubungannya LoA dengan mental of lack. Pada saat kita mendapatkan impian, harapan kita, misal mendapatkan mobil, mendapatkan rumah, mendapatkan bonus, hadiah, cek uang dan sebagainya. Apakah Anda merasa berkelimpahan (abundance), atau anda merasa berkekurangan (feeling of lack)? Jelas jawabannya adalah feeling of abundance, merasa berkelimpahan.
Nah, pertanyaannya kemudian adalah, jika kita ingin menarik segala sesuatu yang akan membuat kita merasa berkelimpahan, maka kondisi pikiran emosi apa yang paling baik yang ada pada kita saat berdoa, berafirmasi, bervisualisasi? Jawabannya jelas. Like attract like.
Jika ingin berkelimpahan maka kondisi pikiran dan emosi kita harus merasa berkelimpahan dulu, terutama saat berdoa. Maka dikatakan dalam firmanNya yang kurang lebih demikian “Jika engkau mensyukuri nikmatKu, maka Aku akan memberikan dan menambahkannya berlipat ganda. Dan jika engkau mengingkarinya maka siksaKu sesungguhnya amat pedih”. Dalam pendapat saya siksa pedih ini tidaklah harus menunggu di akherat sana nanti, namun sejak di muka bumi ini. Siksa pedih, dialami sejak kita merasa kesulitan mendapatkan segala sesuatu yang kita inginkan, karena mengkingkari nikmatNya. Jadi jika rasa sukur dan abundance (berkelimpahan) tidak pernah kita tunjukkan/rasakan, maka Tuhan akan memberikan siksa pedih untuk pencapaian kita yang selanjutnya. Sampai disini semoga cukup jelas.
Berikutnya adalah, bagaimana caranya supaya kita senantiasa terkabul doa, afirmasi, visualisasi kita? Ya tentunya dengan cara senantiasa membuat pikiran dan emosi kita SELALU (selama 24 jam/hari) berada di dalam kondisi : penuh rasa syukur, penuh rasa berkelimpahan, dan penuh rasa bahagia. Ketiga kondisi (pikiran – emosi) ini yang paling kuat bagi terciptanya manifestasi atas keinginan kita.